Korea Tak Seindah Romantisme Drama

Korea Tak Seindah Romantisme Drama

Buat kamu pada pecinta K-Pop dan K-Drama, jugai kamu yang demen apapun yang penting Korea, pasti kamu ngebet banget pengen piknik ke Korea (Selatan) kan? Hayo ngaku.....

Ada yang kepingin ketemu oppa idolanya lah, pengen ngecengin cowok-cowok Korea yang dalam bayangan gantengnya macam di drama-drama, foto di tempat yang dipake syuting drama, dan sejuta alasan ajaib lainnya.


Saya tau tentang hallyu dan Korea ya baru-baru ini aja, setelah baca buku dan cari info sana-sini tersebab penasaran sama ulah anak-anak muda penerus bangsa kita yang lama-lama kok keKorea-Koreaannya gitu banget, bikin miris.


Baca jugaCheonggyecheon Dulu dan Kini

Alhamdulillah,

Saya dulu ke Korea bukan karena itu semua. Soalnya saya hanyalah seorang mbak-mbak (atau mbokde-mbokde) biasa yang tak tehempas gelombang besar yang bernama hallyu. Yes, saya waktu ke Korea nggak mudeng blas sama hallyu, K-pop, K-drama, Korean style, dan entah apa lagi. Karena buat saya, mas-mas Korea yang kata dedek-dedek gemez itu cakep dan bikin klepek-klepek, buat saya mereka itu cantik dan nggak macho. Jadi ya saya nggak minat. hahahah
Bahkan waktu saya jalan-jalan di Bukchon Hanok Village, saya ketemu simbah-simbah yang baik hati di depan sebuah rumah. Simbah ngajakin ngobrol dan menjelaskan kalau rumah itu pernah dijadiin tempat syuting drama nganu yang diperankan artis nganu. Trus simbah nawarin, saya mau difotoin nggak di depan rumah itu? Saya cuma bisa plonga-plongo aja sambil senyum-senyum ke mbahnya. Dalam hati saya bilang: mbah, aku gak ngerti drama yang mbok maksud. hihihihi
ada yang tau ini tempat syuting drama apaan?


Baca juga: Musholla di Nami Island


Hallyu (한류)

Bahasa Inggrisnya Korean Wave alias gelombang besar yang menerjang ke berbagai penjuru dunia tentang segala macam yang berbau Korea. Nggak cuma K-Pop, K-Drama aja, tapi semuanya termasuk K-Style, K-Food, Korean skincare, Korean culture, Korean film, game, K-novel, dll.


Sejarah Hallyu

Beberapa pihak mengatakan kalau Hallyu itu lahir dari kantong diplomatik antara Seoul dan Hong Kong pada tahun 1992, yang dikirim oleh seorang atase budaya kepada konsulat Korea di Hong Kong. Isi kantongnya adalah rekaman drama tv Korea berjudul "What is Love". Misi mereka adalah menyiarkan drama itu di tv Hong Kong dengan cara apapun. 
Usaha mereka akhirnya berhasil. Drama What is Love menjadi sangat populer dan sukses menyebarkan budaya Korea ke masyarakat Hong Kong. Drama tersebut kemudian ikut disiarkan juga di Cina daratan. Makin lama makin meluas dan makin banyak drama Korea yang diputar sampai ke seluruh Asia termasuk di Malaysia dan Indonesia, bahkan menyebar sampai ke Amerika Latin.
K-drama ini mengandung kekuatan terselubung tentang nilai, budaya, gaya, kebiasaan, dan segala sesuatu tentang Korea yang pada akhirnya terpromosikan hingga ke penjuru dunia.


Baca juga: Sedikit Fakta Tentang Korea


Hebatnya Korea

Saya termasuk orang yang kagum sama kemajuan Korea. Padahal Korea dan Indonesia berada di garis start yang hampir sama. Merdeka di bulan dan tahun yang sama cuma beda 2 hari aja. Korea bahkan masih harus menghadapi perang saudara sampai tahun 1953 yang ditandai dengan terbelahnya Korea menjadi 2 negara, Korea Utara dan Korea Selatan. Tahun 1960, Korea adalah negara miskin yang setara dengan negara-negara miskin di Afrika. Bahkan tahun 1972, Korea itu masih lebih miskin daripada Indonesia. Tapi hari ini, siapa yang nggak kenal Korea dan segala pernak perniknya?

Korea punya program Five-Year Economic and Social Development Plan yang dimulai dari tahun 1962-1966 dan seterusnya sampai 1992-1996. Semacam program Repelita jaman Presiden Soeharto dulu kalau di Indonesia. Program inilah yang membawa Korea menjadi seperti sekarang dan membangkitkan nasionalisme masyarakat untuk berdikari dan bangga menggunakan produk dalam negeri. Saat itu, teknologi Jepang memang sedang terdepan. Produk dan pengaruh budaya Jepang mulai merasuki Korea dan pemerintahnya segera tanggap, gimana caranya membuat masyarakat Korea nggak suka sama produk Jepang dan mereka lebih cinta produk dalam negeri Korea. Sampai-sampai anak sekolah di jaman itu, dilarang memakai alat tulis buatan Jepang. Kalau ketahuan guru bisa kena hukuman. P
adahal lagi booming-boomingnya pensil mekanik buatan Jepang.


Oia, tahun 1997 Korea juga dilanda krisis IMF mirip di Indonesia. Korea menerima pinjaman alias hutang sebesar $57 miliar dari IMF yang akhirnya hanya terpakai $19,5 miliar saja. Hari ketika Korea memohon hutang disebut sebagai 'Hari Memalukan Nasional'. Tapi hebatnya, Korea mampu mengembalikan hutang pada tahun 2001 atau 3 tahun sebelum jatuh tempo. 
Setelah krisis inilah industri dan teknologi di Korea mulai berkembang pesat yang menghantarkan pada perekonomian Korea yang meroket.

Pemerintah Korea membuka 300 fakultas industri kebudayaan hampir di seluruh universitas yang ada di Korea. Bahkan Kementerian Kebudayaan juga menawarkan beasiswa agar bidang ini diminati mahasiswa. Semua itu demi menghalau pengaruh budaya Jepang yang mulai menjamur. Nggak heran para artis Korea rata-rata tamatan fakultas industri kebudayaan, seperti jurusan seni, perfilman, teater, dan akting. Mereka memang bekerja sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya.


Di dunia teknologi industri pun sama. Siapa yang tak kenal Samsung? LG? Produk-produk buatan Korea yang memproduksi segala benda dan berhasil mengalahkan produk Jepang dan sekarang menguasai dunia ini juga merupakan bagian dari hallyu. Bahkan seorang kritikus budaya Lee Moon Won mengatakan bahwa "Hallyu dimulai oleh Samsung". 


Tahun 2013, Presiden Park Gein-hye mendirikan Ministry of Science and ICT, karena sains, teknologi, informasi, dan komunikasi adalah kunci ekonomi kreatif. Pemerintah mendorong industri swasta untuk bekerja sama demi tujuan nasional. Perusahan besar juga diwajibkan untuk membantu bisnis kecil dan menengah untuk sukses.


Hallyu ini juga berdampak pada kemajuan industri pariwisata Korea. Pemerintah Korea melalui kementerian pariwisatanya menggarap dengan serius setiap jengkal tempat yang bisa mendatangkan turis dari mancanegara guna mendatangkan devisa. Tempat-tempat syuting drama pun bisa disulap jadi tujuan wisata. Bahkan beberapa tahun terakhir ini Korea juga serius menggarap pariwisata yang ramah muslim (wisata halal) ditandai dengan event-event halal seperti halal trade expo dan halal restauran week, serta semakin banyaknya tempat shalat, restoran, dan produk-produk makanan halal.

cantiknya musholla di nami island
cantiknya musholla di Nami Island



Baca juga: Pengalaman ke Seoul Saat Halal Restaurant Week Korea


Korea tak seindah di drama

Meskipun Korea begitu maju pesat dari segala lini tapi penduduk Korea terkenal sebagai penduduk dengan tingkat tekanan yang tinggi dan kebahagiaan yang rendah serta punya angka bunuh diri yang tinggi. Meskipun pemerintah Korea sudah berusaha untuk menurunkan angka tersebut, tapi agaknya belum menuai keberhasilan. Sungguh ironi memang, beda banget sama yang ada di drama-drama.
Kok iso?

Yes, demi kemajuan negara, pemerintah Korea sudah kadung menanamkan jiwa kompetitif sejak dini di sekolah dasar melalui kurikulum yang berat dan padat merayap. Sejak dini pulalah anak sudah dididik supaya sukses. Nah, sukses menurut mereka adalah jika anak bisa diterima kuliah di salah satu dari 3 universitas: Seoul National University, Korea University, Yonsei University. Nggak heran obsesi orang tua dan anak podo gendeng-e dalam hal berkompetisi. Kecemasan menghadapi ujian masuk unversitas inilah dianggap sebagai salah satu alasan kenapa tinggkat bunuh diri di Korea tinggi. 

Dalam hal pekerjaan pun sami mawon. Pekerja yang sukses adalah pekerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan raksasa semacam Samsung atau Hyundai. Mereka bekerja tak kenal libur demi karir yang tinggi dan demi berkorban untuk perusahaan. Urusan keluarga dikesampingkan. 

Korea juga punya budaya kesusu alias "빨리" (ppalli) atau cepet-cepet atau terburu-buru. Meski harus cepet tapi tetep dituntut untuk sempurna. Nggak heran mereka hidup penuh dengan tekanan. Yang nggak kuat tertekan ujung-ujungnya ya bunuh diri maning.

Belum lagi fenomeda dimana orang-orang Korea pengen jadi idol. Mereka rela antri berhari-hari buat audisi. Kalau gagal mereka depresi, njuk trus mabok, dan akhirnya bunuh diri. Yang udah jadi idol pun kadang juga bunuh diri karena stres dalam tekanan pencitraan. Lha gimana nggak stres kalau idol itu selalu dituntut untuk sempurna paripurna tiada tara. Yang disetting jadi unyu ya harus unyu terus, yang disetting jadi gagah ya harus terlihat gagah terus. Pokoknya nggak boleh salah, nggak boleh kelihatan jelek. Pokoknya harus sempurna karena mereka dirancang untuk dipuja dan dipuji.

Kemajuan Korean juga mengakibatkan masyarakatnya semakin individualis. Banyak orang tua yang akhirnya kesepian karena anaknya udah pada sibuk semua, belum lagi kalau sakit menahun. Orang-orang tua ini pun tak luput dari depresi yang berujung pada bunuh diri. 
Bunuh diri ini memang melanda segala usia dan segala kalangan. Buktinya? Mantan Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun bunuh diri dengan cara lompat dari tebing di tahun 2009 karena diduga terlibat korupsi dan doi malu.

Penyebab stres lainnya adalah karena Korea merupakan negara yang homogen. Itu sebabnya banyak yang bilang kalau orang Korea rasis. Selain itu, karena kehomogenannya menjadikan Korea mempunyai standar kecantikan yang nggak masuk akal. Bagi mereka, penampilan keren dan wajah yang cantik/ganteng menjadi ukuran kesuksesan hidup. Bentuk muka harus V line, badan langsing S line, kelopak mata ganda, dan hidung mancung adalah modal utama. Makanya banyak orang Korea yang operasi plastik sampai-sampai bentuknya hampir sama satu dengan lainnya. Yang lucu adalah para mas-masnya, mereka oplas bukannya jadi ganteng & macho tapi malah jadi cantik jelita saingan sama mbak-mbak. 

Iklan-iklan operasi plastik banyak kita temukan di pinggir-pinggir jalan dan di stasiun-stasiun metro. Skincare dan kosmetiknya pun tak ketinggalan menjadi salah satu jenis hallyu. Toko skincare yang di Indonesia biasanya di mall dan harganya lumayan nguras kantong, di Korea bisa kita temukan di pasar dan di stasiun metro bak toko kelontong saking jamaknya. Harganya pun murah meriah dan sering dapet bonus macem-macem. 

Kentalnya praktek perdukunan dan pengaruh kepercayaan dimana Korea masih menganut konfusianisme yang menurut mereka adalah sistem kepercayaan yang paling rumit di dunia. Banyak orang Korea yang akhirnya tidak percaya Tuhan alias atheis. Agaknya masyarakat Korea modern sudah lelah dengan sistem-sistem tradisional yang njlimet dan standar kebahagiaan berdasarkan materi. Semua bikin mereka stres berat. Biasanya ini terjadi pada masalah dalam keluarga dan rumah tangga. Tidak percaya pada agama yang menuntun pada jalan kebenaran juga membawa mereka pada kehidupan kosong yang tanpa makna dan berakhir dengan bunuh diri.  

Selain bunuh diri, Korea juga merupakan negara dengan permasalahan alkohol terburuk di dunia. Jumlah pecandu alkoholnya pun terbesar pula. Nggak heran, kalau pagi-pagi kita lewat daerah yang banyak kelab malam, pasti ketemu orang-orang yang pada klenger sampe ketiduran di pinggir jalan macam gelandangan. Belum lagi yang berantem antar temen karena teler berat. Saya melihat dengan mata kepala sendiri fenomena ini di daerah Itaewon. Memang setiap acara dari arisan RT, pertemuan kantor, sampai acara sosialita pasti ada acara minum-minum. Hari Jumat malam bahkan menjadi hari mabuk nasional. Sudah tradisi katanya. Padahal minuman keras ini adalah awal dari berbagai kejahatan dan tentu saja awal dari penyakit dan bencana.


Hallyu juga menjadi bumerang bagi Korea. Dari Korea yang dulu kental dengan tradisi kerajaan yang sopan, santun, tepo sliro, ewuh pakewuh sekarang mengalami pergeseran budaya jadi bebas dan kebarat-baratan. Bahkan lebih barat dari negara barat saking nemen-e.

Contohnya, makin jarang anak muda yang memberi kursi kereta ke orang tua. Saya pernah suatu hari di luar kota Seoul, memberi kursi kereta ke seorang emak-emak tua. Buat saya itu hal biasa aja kan ya. Tapi sambutan si emak sungguh luar biasa banget ke saya. Beliau berterima kasih berkali-kali sambil ngacungin jempol dan sempet curhat pake bahasa Korea yang saya nggak ngerti. Untungnya bapak-bapak sebelahnya bisa sedikit Bahasa Inggris dan berbaik hati menerjemahkan untuk kami. Katanya: Kamu dari mana? Kamu baik banget udah ngasih saya kursi. Jaman sekarang anak muda seperti kamu udah pada cuek, jarang yang peduli sama orang tua.

Jaman dulu fashion Korea sangatlah sopan, tapi sekarang fashionnya kurang bahan. Penyakit LGBT pun makin marak terang-terangan di Korea karena dikampanyekan secara halus dan terselubung dalam K-drama, K-film, K-pop, komik, dan tv show. Sebuah kerusakan moral yang terbungkus cantik dengan trend kekinian.


Tapi kenapa banyak drama romantis di Korea? Ya itu karena di kehidupan nyata nggak seromantis itu. Salah satu misi hallyu yang terselip di drama, film, dan tv show adalah menampilkan pada dunia jika mas-mas Korea itu romantis dan layak untuk dipuja. Misi lain adalah untuk meredam ke-stres-an masyarakat di kehidupan sehari-hari yang sangat berat. Jadi setelah lelah di dunia nyata, masyarakat bisa nonton drama yang romantis biar terhibur. 

Jadi memang semua itu settingan, Fulgoso! Dalam kehidupan nyata yo ora ngono kui.

Baca jugaHati-Hati Terjebak Makanan Haram Ketika Traveling di Korea



Q.S. Al-A'raf 96


29 komentar

  1. Nice post mbaaak, sayaa sepakaat dengan semua yg ditulis. Kehidupan di korea tidak seindah yg ada di drama-drama. Terlalu banyak drama bahkan di kehidupan nyata hehehe. . Salam kenaal mbak yaa 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. pengalaman pribadi banget ya, mbak Lucky? hahahhaa
      salam kenal juga ya :)

      Delete
  2. Buat gw, mas-mas korea itu mukanya kayak kekurangan hormon testosteron....

    Btw, salah kenal...

    ReplyDelete
  3. Karena saya jarang nonton drama korea jadi tidak terlalu kepikiran dengan realitanya. Cuma program Five-year economic and social development plan boleh juga dicoba kembali di Indonesia..

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya pun kepikiran begitu, untuk program repelita di Indonesia mungkin bisa dicoba lagi.
      dulu udah sampai tahap tinggal landas tapi sayang pengganti Soeharto nggak ada lagi yang lanjutin program itu. setiap ganti rezim ganti kebijakan. ganti semua-muanya, jadi nggak ada keberlanjutan apa-apa yang udah berhasil baik.

      Delete
  4. Wkwkwk... Begitulah kira-kira, tema Romantisme membawa saya terdampar di sini. Haha.. Membaca realita kehidupan rakyat Korea dari mata Citizen Indonesia. 😄😄😄..

    Bu the way, Hallyu ini saya kira hanya terbatas pada musik saja. Tibaknya luas banget toooh.. hmmm...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tibaknya akeh lhooo hallyu itu. mereka menebarkan virus dari segala lini ke penjuru dunia.

      Delete
  5. Nggak ada bedanya Hallyu dengan invasi Hollywood ke pelosok dunia. Dan tema filem cantik plus idol sempurna sebetulnya juga plus/minus ada di mana-mana. Mau nggak mau harus disadari, film dan dunia nyata itu beda. Kayak nonton film Dilan: jangan pikir tahun 90-an itu romantis. Jaman itu diskriminasi terhadap perempuan lebih parah dari sekarang, penyakit menular lebih banyak, rasa takut terhadap golongan penguasa lebih tinggi, dan lain-lain. Sama aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. untungnya saya nggak demen nonton film, jadi nggak tau dilan itu siapa. hahahaha
      yang paling penting sih menurut saya yah, silakan aja sih mau nonton filmnya, dramanya, atau musiknya, atau yang lainnya jug. tapi kudu tetep berpikir waras bahwa semua itu hanya sebatas hiburan semata. nggak perlu sampe gitu banget kaya abege2 kita jaman now.
      yang baik boleh kita contoh, tapi yang buruk harus ditinggalkan.

      Delete
  6. Ya ampun, Mbak. Cara berceritanya kayak emak saya kalau lagi ngomel ngomel anaknya nggak mau mandi. Haha.
    Btw kebanyakan nonton drama Korea bikin hidup kita nggak punya batas antara ekspetasi dan realita yang pada dasarnya "Cuma di drama Korea lelaki kaya dan tampan yang mau sama wanita banyak tagihan."
    Maka dari itu, sebagai wanita saya harus kerja keras.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahhaha
      saya emang aslinya suka ngomel-ngomel kayak emak-emak.
      emang sih, namanya juga drama yah, mestilah fiktif belaka. tinggal yang nonton aja mau gimana.

      Delete
  7. hahaha.... ora ngono kui... saya baca postingannya sambil ketawa-ketawa. lucu mbake kalau bercerita. jadi gak bosen bacanya sampai kelar. seneng deh ada yang sepakat dengan saya soal korea. karena saya melihat tidak ada cowok ganteng di sana. tapi cowok cantik. hadah, kemana semua kaum adam ya... keren mbak. postingin lagi dong gaya bercerita yang lucu badai tralalalala... salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahhaa
      makasih loh, mbak udah mampir baca-baca di sini.
      gaya cerita lucu insyaAllah akan ada lagi kalau saya habis dapet pangsit.

      Delete
  8. Aku sering nonton drakor, dan baper-baper sendiri ngikytin jalan ceritanya. Tapi, hal itu sangat beda banget ya sama realita kehidupan disana..

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan baper-baper, mbak. semua hanya setingan belaka.
      biasa aja nontonnya, ya. hihihihi

      Delete
  9. hahhh semua kehidupan di negara laen yg kita liat di tv atau baca di buku aslinya emang agak beda jauh.

    ReplyDelete
  10. Hai Kak...
    Salam kenal ya.
    Aku pecinta Drama Korea tapi aku juga tahu Korea nggak seindah di Drama Korea.
    Tapi, sekarang sudah cukup bosen sama Drama Korea.
    Isinya mirip-mirip semua.
    Jarang ada yang beda & bagus.

    Kalau Negara Koreanya sendiri memang bikin kagum, tapi sayang tingkat tekanannya sangat kuat karena penanaman kompetisi sejak SD.

    Terima kasih Kak post-nya.

    Mampir ya Kak.

    ReplyDelete
  11. Salam kenal, mba. Waah keren banget wawasan sejarahnya. Saya bener-bener baru tahu bagaimana sejarah dan budaya Korea. Selama ini bayangan saya, Korea adalah negara yang indah dan penuh romantika. Ternyata tidak semua yang ditampilkan di drama itu benar adanya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak kisah kelam juga di Korea, mbak.
      dan yang ditampilkan di drama tentu saja banyak micinnya. hehehe

      Delete
  12. Salam kenal mba :)
    Aku kagum sm Korea karena percepatan mereka yang luar biasa dari segi ekonomi dan teknologi. Jiwa kompetitifnya tinggi, dan masyarakatnya juga relatif disiplin.
    Coba kalau orang Indonesia etos kerja nya kayak gitu, tapi spiritualnya jalan. TOP MARKOTOP dahhh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju banget, mbak.
      kehebatan dan kebaikan seperti itu yang mesti kita contoh.
      mestinya Indonesia bisa lebih baik.

      Delete
  13. saya tidak ngikutin korea, jadi manggut manggut aja baca postingan ini. Ternyata ada perdukunan juga disana :"D kalau yang soal kompetisi pendidikan itu, bersyukur deh lahir di Indonesia, tidak masuk univ beken juga belum tentu tidak bahagia :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, mbak. karena di Indonesia banyak Universitas negeri yang bagus di setiap provinsinya dan kita nggak terlalu peduli dengan 'lulusan universitas mana'.
      namun sekarang lagi banyak fenomena anak muda bunuh diri di Indonesia. entah terinspirasi sama Korea atau apa. bikin miris.

      Delete
  14. Mantul penjelasannya nendang pol iki kalo misalny sambel cabe sekilo, wkwkwk.

    Sy pribadi tahu korea thn 2004 krn my boss rang sana. Tp pas itu blm kenal kdrama versi bahasa asli (jaman full house msh dubbing) jd blm terpapar dan aslijya ga ngeh klo it drama asal korea.

    Mungkin sy termasuk yg terhempas tsunami hallyu ini meski sudah emak2, tp nggak separah smp mendewakan para oppa jg sih.

    Sy sukanya sama kdrama yg sekiranya mmg bisa mngurangi stres. Capek aja kl nonton sinetron yg lakonnya kalah melulu.haha

    Utk makanan jujur sy bnyk yg kepo (dasarnya doyan makan sih xixixi). Meski sy termasuk yg keserempet hallyu, alhamdulillah asih NKRI harga mati.

    Mungkin sisi positif dr kekorea2an ini bisa kita ambil, seperti pas negara hutang jd hari paling memalukan begitu hehe #nyentil

    ReplyDelete
    Replies
    1. yoih, mbak. yang bagusnya mesti kita contoh untuk kemajuan kita bersama. tapi yang jeleknya buang aja ke tong sampah.
      wah mbak Sera ini termasuk yang ngikutin drakor dari jaman kuda gigit besi ya. hihihi
      kalau makanan saya juga demen, lebih karena doyan makan dan doyan masak aja sih. hihhihi

      Delete
  15. Aku suka banget tulisan ini. Bikin nganga karena iya Korea itu ironis sekali. Aku sebenarnya penasaran sama kepercayaan yang dianut itu. Pas aku diceritain sama orang Korea tentang beberapa falsafah hidup, bagus-bagus aja sebenernya. Cuman secara rinci gak diceritain (dan aku juga gak nanya wkwk) tentang kenapa akhirnya jadi rumit dan malah bikin orang-orangnya merasa hidup tanpa makna :(

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,