Jalan-Jalan ke Kampong Glam, Jangan Lupa Mampir ke Masjid Sultan [Singapura]

Jalan-Jalan ke Kampong Glam, Jangan Lupa Mampir ke Masjid Sultan
Singapura adalah negara yang paling enak buat backpacker pemula. Lha piye, negaranya cuma seuprit, transportasi umum tertata dan terintegrasi menjangkau ke seluruh wilayah, relatif aman dari kejahatan, semua petunjuk arah terpampang nyata, masyarakatnya berbahasa Inggris dan Melayu, pejalan kaki dihargai. Walaupun harga penginapan dan air minum di sana relatif mahal.


Salah satu tujuan wisata di Singapura yang wajib dikunjungi terutama bagi traveler muslim adalah daerah yang bernama Kampong Glam, tempat berkumpulnya jejak warisan budaya dan tradisi masa lalu yang berpadu dengan kehidupan jaman now. Di Kampong Glam jugalah terletak masjid paling penting di Singapura dan menjadi landmark Kampong Glam yaitu Masjid Sultan.
Wisata yang ditawarkan di Kampong Glam adalah Heritage Trail. Jadi tempat ini paling bagus dijelajahi sambil jalan kaki. Jangan lupa pakai alas kaki yang nyaman.


Kampong Glam dibatasi oleh Sungai Rochor, Nicoll Highway, dan Ophir Road.

Kampong Glam

Nama "Kampong Glam" diyakini berasal dari Bahasa Melayu "Gelam", yang mengacu pada pohon kulit putih yang biasa disebut "cajeput" (melaleua leucadendron) alias kayu putih. Pohon yang dikenal karena banyak kegunaannya, termasuk sifat obat dari daunnya dan kekuatan kayu ini. Kulitnya juga digunakan untuk pelapis kapal yang membuatnya kedap air.
Ada versi lain dari penamaan Kampong Glam ini. Kata 'gelam' berasal dari Orang Gelam, yaitu orang-orang pembuat kapal dan nelayan yang bermukim di perahu dan di gubuk-gubuk dekat muara Sungai Singapura. 

Kampong Glam mulai dibangun tahun 1819 ketika Sir Stamford Raffles (1781-1826) membuat perjanjian antara the British East India Company, Temenggong Abdul Rahman dan Sultan Hussein. Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Sultan Hussein, yang secara resmi diakui sebagai sultan Johor, menyetujui alokasi Raffles atas 23 hektar tanah antara Sungai Rochor dan laut untuk digunakan oleh sultan. Sultan kemudian membawa keluarga dan rombongannya sekitar 600 orang di tahun 1824 untuk menetap di sini.

kampong glam
salah satu sudut Kampong Glam

Kampong Glam kemudian menjadi pusat perdagangan dan budaya bagi komunitas Melayu dan Muslim. The 1822 Jackson Plan of Singapura alias rencana kota Singapura pada masa itu menetapkan bahwa area di sebelah barat properti sultan dialokasikan untuk komunitas Arab sementara area di sebelah timur disisihkan untuk Bugis. Imigran dari Jawa, Banjar, Bawean, Sumatera, dan Malaya menetap di dan sekitar kampung glam dalam jumlah yang lebih besar. Seiring berjalannya waktu, kehadiran orang Cina dan India yang menetap di Kampong Glam semakin membahana. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang dan pengrajin.

Komunitas yang beragam membawa serta perdagangan dan keterampilan. Pada awal abad ke-20, selain menjadi pusat perdagangan, Kampong Glam ramai dengan toko-toko yang menjual barang-barang seperti tekstil, parfum, perlengkapan ibadah haji, batu permata dan produk rotan. Mereka juga membuka usaha penerbitan, percetakan, tukang tembaga, pandai besi, dan bisnis makanan. 
kampong glam
Jejak warisan Kampong Glam yang tersisa jaman now

Kampong Glam juga terkenal karena budaya Melayunya yang kuat, dengan musiknya yang semarak, seni pertunjukan tradisionalnya, dan aneka kuliner.

Kemudian Kampong Glam dijadikan sebagai kawasan konservasi oleh Urban Redevelopment Authority (URA) pada 7 Juli 1989. 
Sejarah dan keanekaragaman budaya daerah tersebut terus tercermin hingga kini dalam arsitektur, landmark, dan nama-nama jalan di Kampong Glam seperti Arab Street, Haji Lane, Java Road, Pahang Street, Bali Lane, Bussorah street, Kandahar Street, Aliwal Street, Baghdad Street, Muscat Street, dll, meskipun warga kampong asli sudah direlokasi ke wilayah lain di Singapura.


Baca juga: Backpacking ke Singapura Untuk Pemula

Bussorah Street

Bussorah Street adalah salah satu jalan paling terkenal dan merupakan jantungnya Kampong Glam dari dulu hingga kini. Ada 2 bentangan jalan Bussorah. 

Bentangan pertama yang dekat Masjid Sultan, diapit Muscat street. Dulunya disebut Kampong Kaji karena banyaknya orang Jawa yang tinggal di sini dan menjadi tempat transit orang-orang (termasuk jamaah dari Indonesia) yang akan menunaikan ibadah haji dengan kapal laut. Di sana ada 'syeh haji' yang akan mempersiapkan perjalanan para jamaah haji sebelum keberangkatannya dan ketika waktu shalat tiba mereka akan shalat berjamaah di Masjid Sultan. Pada Bulan Ramadhan, di jalan ini juga ramai orang berjualan makanan dan jajanan khas masa itu seperti kuih lopis, pulut urap, sampai nasi rawon. Mereka berjualan dari sore hingga malam hari. Jenis makanan yang dijual terpengaruh dari masyarakat multi etnis yang tinggal di sana.
Sekarang jalan ini terdapat cafe-cafe yang menyediakan tempat makan di luar, serta toko-toko dengan tetap menempati bangunan lama dengan arsitekturnya yang khas. Cantik sekali kalau difoto.
bussorah street
Bussorah Street yang dulunya disebut Kampong Kaji dan Kampong Tembaga

Bentangan Bussorah yang kedua adalah lurusan bentangan yang pertama setelah menyeberangi Baghdad Street. Dulunya disebut Kampong Tembaga karena banyak tukang tembaga dari Jawa. Banyak orang-orang yang datang ke Kampong Tembaga untuk membeli dan memperbaiki peralatan tembaganya, karena jaman dulu kan peralatan yang dipakai sehari-hari terbuat dari tembaga. 

Bussorah street
'Kampong Haji' yang sudah berubah wujud

Pasca perang, perdagangan tembaga semakin menurun seiring kemajuan jaman karena semakin banyak barang-barang yang dibuat selain dari tembaga yang harganya lebih murah.

Sekarang di jalan ini sudah beralih fungsi menjadi cafe, restoran, hostel, dan toko-toko dengan bangunan yang cantik.


Baca juga: Tips Tarik Tunai di ATM Luar Negeri

Masjid Sultan

Masjid Sultan dibangun pertama kali tahun 1824 atas permintaan dari Sultan Hussein kepada Stamford Raffles. Sultan menginginkan pembangunan masjid di dekat istananya di Kampong Glam. Kemudian Raffles menyetujui dan menyumbang $ 3.000 untuk pembangunan masjid yang selesai pada tahun 1826. Struktur aslinya adalah bangunan masjid khas Jawa, yaitu bangunan 1 lantai dengan atap limasan bersusun. 


masjid sultan singapuraTahun 1924 saat memperingati 100 tahun berdirinya Majid Sultan, pengurus masjid membangun ulang masjid di tempat yang sama secara bertahap dengan bangunan yang lebih besar dengan perkiraan biaya $ 200.000. Biaya tersebut ditanggung oleh keluarga sultan, kontribusi jamaah masjid, dan kontribusi komunitas muslim di Singapura.
Seorang arsitek Inggris, Denis Santry dari Swan and Maclaren dipekerjakan untuk merancang masjid 2 lantai lengkap dengan menaranya dengan gaya Indo-Saracenik/Gothik Mughal. Gaya ini menggabungkan unsur-unsur tradisional India dan Islam dengan fitur arsitektur Eropa. Kubahnya berbentuk bawang berwarna emas di ujung barat dan timur. Pembangunan ulang masjid selesai di tahun 1928 dan diresmikan pada 27 Desember 1929. Kemudian pada 14 Maret 1975, Masjid Sultan dikukuhkan sebagai monumen nasional.
Setelah itu masjid yang bisa menampung 5.000 jamaah ini beberapa kali mengalami renovasi dan penambahan seperti paviliun, aula, lift, dll.

Masjid ini dibuka untuk umum/turis pada jam 10 pagi sampai jam 4 sore. Khusus hari jum'at baru dibuka setelah shalat Jum'at. Setiap waktu shalat berjamaah, hari ahad dan libur nasional masjid tertutup untuk turis. Untuk kita yang muslim tentu saja bebas berada di masjid ini kapan saja untuk beribadah, termasuk ikut shalat berjamaah. Jangan lupa memakai pakaian yang syar'i.

interior masjid sultan
interior Masjid Sultan


Jejak Warisan Lain di Kampong Glam yang Wajib Dikunjungi

Selain Masjid Sultan dan Bussorah Street masih ada banyak tempat yang layak kita kunjungi selagi jalan-jalan di seputar Kampong Glam. Ada Malay Heritage Centre (bekas Istana Kampong Glam), Bali Lane dan Haji Lane yang penuh mural, Arab Street, Gedung Kuning, Bekas Pondok Jawa dan Sultan Gate, Bekas Sekolah Chong Cheng & Sekolah khusus perempuan Chong Pun, dan Madrasah Alsagoff Al-Arabiah.


Makanan Halal

Di Kampong Glam ini tempat berkumpulnya makanan halal. Makanan dari mana-mana ada, mulai dari Timur Tengah, Melayu, India, sampai Indonesia. Jangan lewatkan untuk mencoba makan murtabak khas India Mamak di Singapore Zam-Zam Restoran di seberang masjid. Kalau kamu nggak bisa makan selain makanan Indonesia tenang aja, ada banyak restoran Padang di sana.
kampong glam
salah satu restoran halal yang menempati bangunan cantik di Kampong Glam


Belanja

Ada banyak penjual sovenir di Kampong Glam. Mulai dari tote bag sampai gantungan kunci. Ada juga toko-toko yang menjual barang lucu-lucu, barang antik, pakaian, dan kain-kain khas Melayu.


Baca juga: Tips dan Trik Packing yang Praktis Untuk Traveling

Akomodasi

Karena di Singapura itu relatif mahal, saya biasanya nginep di hostel biar agak irit. Ada hostel yang pernah saya inepin di daerah Kampong Glam ini, namanya Five Stones Hostel. Hostelnya lucu, bersih, dan nyaman. Tinggal ngglundung aja kalau mau ke Masjid Sultan, jaraknya cuma selemparan kolor bayi. Halte bus terdekat dengan hostel ini adalah Opp Plaza Park Royal di Beach Road yang dilayani oleh bus nomor 100, 107, 107M, 961, 961C, dan 980.


Transportasi Menuju Kampong Glam

Stasiun MRT terdekat dengan Kampong Glam adalah Bugis [dari Downtown Line (jalur hijau) dan East West Line (jalur biru)] ambil exit B
Halte bus terdekat adalah Bef Sultan Mque di Nort Bridge Road yang dilayani oleh bus nomor 7, 7A, 32, 51, 61, 63, 80, 145, 175, dan 197.
Halte Opp Duo Residences adalah halte terdekat yang dilayani bus nomor 2N, 4N, 12E, dan 48, jika kamu mau menuju ke Bali Lane dan Haji Lane, sebuah gang yang temboknya penuh mural dan instagramable.


Selamat Jalan-Jalan di Kampong Glam!


26 komentar

  1. Suka sekali saya sajian foto dan tulisan lengkapnya, Mbak!

    Saya pikir Glam ini merupakan potongan kata Glamour wahahaha, ternyata salah.

    Saya baru tau perkampungan seperti ini di Singapur, dan tempatnya rasanya humble sekali yah.. Saya bercita-cita pergi travelling ya ke tempat seperti ini mbak, perkampungan muslim (apalagi kawasannya tertata rapi), biasanya makanannya enak-enak karna campuran dengan suku lain..

    Mesjidnya bener-bener bagus! Emang didesain buat turis ya mesjidnya, sampai ada waktu berkunjung.. Sip bener..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mas Andie :)
      semoga cita-cita travelingnya segera tercapai, ya.

      oia, masjidnya bukan didesain untuk turis, mas.
      tapi rata-rata masjid besar di luar Indonesia (terutama yang bersejarah atau yang menjadi ikon sebuah kota/negra) terbuka untuk turis sebagai salah satu syiar Islam.
      jadi turis bisa masuk ke masjid diluar jam shalat, selain menikmati arsitektur dan desain interior (seni Islam), turis juga bisa belajar/mengenal tentang agama Islam.

      Delete
  2. Menyenangkan berada di Kampung Glam. Bangunan lawasnya dapat, gang-gang kecilnya menggemaskan. Betah lama-lama di sana. Ohiya, aku juga ke sini nginepnya di Five Stones, mbak :D

    ReplyDelete
  3. Duh kalau inget Kampong Glam jadi kangen martabak Singapore zamzam, rasanya masih melekat di lidah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaah... martabak sama kuahnya memang tak terlupakan ya, mbak...
      hihihi

      Delete
  4. Wah.. Menarik ya kampong glam ini, cocok buat saya yang menyukai wisata sejarah. Semoga kapan2 ada kesempatan ke kampong Glam ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. insyaAllah nanti ada kesempatan ke Kampong Glam buat mbak Sapti :)

      Delete
  5. Lagi berencana mau backpacker ke singapore malaysia tanpa tour travel, ini kampung glam jadi list wajib di kunjungi, dulu kampung ini jadi tempat singgah jamaah haji Indonesia kan ya kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, Kampung Kaji (sekarang Bussorah Street) di Kampong Glam jadi tempat singgah jamaah haji termasuk jamaah dari Indonesia.

      backpacker ke Singapore dan Malaysia memang enaknya nggak usah pakai tour travel.
      Selamat jalan-jalan, mbak...

      Delete
  6. Pengen deh bisa ke Singapura mba. Bandaranya aja katanya keren banget kan mba? Kapan ya bisa kesana? Huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. InsyaAllah nanti ada kesempatan bisa ke Singapura ya, mbak

      Delete
  7. Mantap, pake GMaps segala ... jadi tau secara makro ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebetulan karena Singapura di GMaps gambarnya clear. heheh

      Delete
  8. Enak ke sini banyak kuliner halal, bisa puas makan hehhehe

    ReplyDelete
  9. Aku belum pernah menginjakkan kaki ke Singapura. In sya Allah kalau main kesana, mau berkunjung ke Kampong Glam dan Masjid Sultan. Nice artikel, informatif dan menarik. Foto-fotonya juga bagus-bagus. :)

    ReplyDelete
  10. Waktu ke Singapur beberapa waktu lalau, aku ga sempat ke Kampong Glam hiks. Susah banget mau sholat di Sin deh. Nanti kapan2 ada rezeki lagi mau kelilingin tempat ini ah, jadi ga pusing ya mau ibadah bisa di masjid Sultan dan pasti ada jajanan halalnya. Tq infonya keren!

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo mau shalat gampang sih di kampong glam sini, mbak. ada masjid lain juga selain masjid sultan. hihihi

      Delete
  11. Bussorah street tuh keren banget buat foto-foto. Dan iya, daerah situ gampang nyari makanan halal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mbak.
      saya paling seneng motoin bangunan lama yang cantik-cantik di sini.

      Delete
  12. Baru tau ada jejak wisata sejarah di singapur, sebelum sebelumnya beranggapan singapore itu cuma wisata modern saja adanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. modernitas memang telah menggerus sejarah ya. hihihi
      #apasih

      Delete
  13. Whoaa ... aku belum pernah nih ke Kampong Glam. Tempat-tempat seperti ini nih yang lebih aku sukai. Bisa belajar budaya dan cerita masa lalu, hihihi ... Sip, sip. Berarti patokannya turun di Bugis aja ya, Mbak. Makasih banyak infonya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. yes, mbak. turun di stasiun MRT Bugis, pilih exit B ya :D

      Delete

Silakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,