Belajar Menabung Untuk Traveling

Belajar Menabung Untuk Traveling

Gara-gara saya sering jalan-jalan ke luar negeri, banyak yang beranggapan kalau saya tuh banyak duit. 



Padahal faktanya adalah saya:
  • bukan orang kaya
  • traveling tanpa sponsor alias ngeluarin duit sendiri
  • traveling tanpa hutang (nggak punya kartu kredit)
  • cuma mbak-mbak kantoran biasa

Tau nggak sih,


Nggak perlu nunggu kaya dulu baru 'mampu' traveling sampai ke luar negeri. Kalau saya sih yang penting kemauan untuk menabung dan mengontrol gaya hidup.

Sejak kecil saya sudah diajarin sama papa saya untuk menabung dan bergaya hidup sederhana tapi tidak pelit. Semua itu terbawa sampai saya setua ini. Jadi nggak ada lagi kata "susah menabung" di kamus hidup saya.

Kaum milenial sekarang ini mengaku sulit menabung. 
Kendalanya adalah gaya hidup hore-hore.
Mereka terlalu terseret dalam arus gaya hidup kekinian yang mana semua harus bisa 'dipamerin' di sosmed. Belum lagi para influencer dan seleb-seleb dadakan yang tiap hari membombardir sosmed dengan gaya hidup mevvah bergelimang barang-barang bermerk mahal dan hari-harinya yang dihabiskan di cafe-cafe kekinian.
Saya sampai eneg lihatnya, padahal nggak pernah follow mereka. hahaha

Baca juga: Tips Menabung Untuk Naik Haji

Oh, ada juga yang mengira kalau traveling ke luar negeri itu salah satu gaya hidup mewah.
Buat saya sih itu tergantung niatnya.
Kalau buat saya pribadi, traveling adalah refreshing dan waktu dimana saya belajar hal baru juga untuk men-charge iman saya.
Saya bukan tipe traveler yang pergi ke banyak tempat di luar negeri untuk belanja-belanji, foto-foto, dan sekedar "biar pernah" doang.
Saya travelingnya 'serius' walaupun tetep santai. Makanya saya nggak pernah ngejar jumlah negara dan sering balik lagi ke negara yang sama kalau saya suka.
Kapan-kapan saya ceritain tentang gaya traveling saya. InsyaAllah.

Traveling butuh banyak duit?
Pasti! Apalagi saya travelingnya tanpa sponsor alias nggak dibayarin.
Makanya solusi terbaik adalah nabung.

Baca juga: Doa Saat Safar, Doa Yang Mustajab

Saya mau bocorin nih, cara saya nabung buat traveling. Siapa tahu kalian pengen nyobain menabung cara saya. Nggak mudah sih, tapi kan harus dimulai dan terus belajar supaya jadi terbiasa. Ye kan?
  1. Pisahkan rekening tabungan, antara yang buat nabung traveling, buat nabung yang lain dan buat kebutuhan sehari-hari.
  2. Setiap gajian, keluarkan dulu yang wajib keluar: zakat, infaq, sedekah, bayar gaji ART, bayar kost, dll.
  3. 20%-30% dari pendapatan masukin tabungan (saya nabungnya di bank syariah) dan jangan pernah menghabiskan gaji bulanan lebih dari 80%. 
  4. Untuk mengawalinya, silakan didata dulu berapa pendapatan dan berapa pengeluaran. Dari situ akan kelihatan kira-kira pengeluaran apa yang bisa dihemat atau bahkan ditiadakan.
  5. Saya nggak punya kartu kredit dan cicilan lainnya. Saya nggak mau membeli barang dengan cara mencicil. Mending nabung dulu baru beli daripada membeli pakai cara nyicil. 
  6. Saya nggak punya investasi selain deposito. Kenapa deposito? Karena deposito adalah investasi yang paling rendah risiko mengingat pendapatan saya yang relatif nggak terlalu besar. Kemudian, membuka deposito di bank syariah itu gampang banget, minimal 2 juta udah bisa punya deposito. Lumayan kan, bagi hasilnya bisa buat 'tambahan tabungan'. Saran saya sih uang yang mengendap di tabungan jangan terlalu banyak. Yang banyaknya masukin aja ke deposito, sisanya baru di tabungan biasa.
  7. Mengatur gaya hidup. Nah ini yang paling merajalele di kalangan milenial kita sekarang. Kalau saya sih tipe orang yang nggak suka gaya hidup hore-hore dan nggak gampang terpengaruh sama gaya hidup kekinian. Teman-teman saya udah pada punya harta benda begini begono, saya masih gini-gini aja. Tapi nggak masalah buat saya. Saya sih tetep bahagia-bahagia aja. Alhamdulillah.
    • Biasanya gaya hidup dipengaruhi oleh tontonan. Entah itu dari drama Korea, film, sosial media, tv, vlog, dll. Alhamdulillah, saya nggak suka nonton tv dan film. Kalau drakor saya cuma nonton buat hiburan semata, itupun kalau saya lagi kurang kerjaan doang. Juarang banget lah pokoknya. Sosial media juga saya hanya follow orang-orang yang memang kenal (teman) dan orang-orang yang mempengaruhi kebaikan (ustadz). Selain itu saya ngak follow dan nggak kepo. Jadi hidup saya relatif aman dari 'racun-racun' dunia. 
    • Tidak terlalu banyak bersosialisasi. Qadarullah saya memang kurang suka bersosialisasi. Teman saya cuma dikit. Jadilah dompet saya relatif aman dari 'penjarahan' hasil sosialisasi. Bayangin aja, kalau kita arisan atau kumpul-kumpul sama gank, pastilah kita bakalan jajan entah chiki atau makan, tambah lagi nonton film di bioskop. Belum kalau temen kita cerita doi habis beli barang yang kece, dan kita pengen beli juga. Terus aja gitu siklusnya, kan nggak terasa lumayan juga jumlah duit yang melayang.
    • Hanya beli barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan dan bukan yang sedang kekinian. Kebanyakan orang beli HP tiap ada seri baru, padahal HP lama masih bagus. Atau beli tas bermerk karena gengsi atau malu kalau ketemu sama orang-orang. Belanja pakaian seabrek-abrek model terbaru, padahal cuma buat biar gaya kalau difoto, selebihnya yang dipake ya itu-itu aja. Kalau saya nih, nggak bakal beli HP kalau HP saya belum rusak, begitu juga sepatu. Kalau tas, saya punyanya cuma koper dan ransel buat traveling. Tas sehari-hari cukup 'tas gombal' murah meriah (harganya dibawah 80 ribu) tapi kece badai. Karena buat saya sih yang penting fungsi dan isi tasnya, bukan harga & merk tasnya. Pakaian juga saya cuma beli kalau pakaian lama udah sempit, buluk, atau udah rusak. 
    • Mengisi waktu dengan yang bermanfaat. Banyak generasi milenial menghabiskan waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat dan tentu nggak terasa menghabiskan uang dengan jumlah lumayan. Misalnya nonton konser, karaoke, nongkrong di cafe, keliling mall. Kenapa tidak merubah kebiasaan ini dengan yang lebih bermanfaat, misalnya baca buku di rumah, bersih-bersih rumah, datang ke pengajian, mengajar ngaji anak-anak, dll.
    • Teguh pendirian. Ingat, kehidupan kita itu untuk diri kita sendiri, bukan untuk dipamerkan di sosmed, bukan untuk mendapat pujian dan pengakuan dari orang lain. Nggak usah malu kalau kita nggak gaya, nggak kece, nggak keren. Santai aja pokoknya.
  8. Hidup hemat, kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Hidup hemat ala saya adalah tidak boros dan tidak pelit. 
    • Nggak usah maksain tiap hari kudu ngopi 'Americano' ala drama Korea, udah gitu mesti belinya di tukang kopi yang ngehits. Ngopinya cukup sekali-kali aja lah. Kalo keseringan juga nggak bagus buat kesehatan kan. 
    • Usahakan mengganti jajan di luar jadi bawa bekal masakan sendiri. Selain lebih bersih, lebih sehat, juga lebih hemat. 
    • Belanja sayur di tukang sayur atau di pasar tradisional. Selain lebih murah juga kita bisa mensupport perekonomian para mamang tukang sayur.
    • Manfaatkan kupon diskon untuk jajan.
    • Kalau sekali-kali pengen jajan, jajanlah di tempat yang biasa-biasa aja. Soalnya kalau jajan di tempat yang kekinian dan 'keminggris', harganya lebih mahal padahal porsi dan rasa juga nggak lebih bagus dari warung biasa. Es teh di warung biasa paling mahal 8.000, di warung yang 'keminggris' namanya berubah jadi Ice Tea, harganya pun mencuat jadi 15.000. Padahal rasanya ya gitu doang. hahha
    • Beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Lebih hemat dan lebih simple karena nggak perlu "ngopeni".
    • Banyak-banyak puasa. Tentu saja luruskan niat dulu ya, puasa Lillahi Ta'ala. Insya Allah bonusnya banyak. Selain pahala juga badan jadi sehat.
  9. Kalau sempat bisa mencari tambahan penghasilan. Kalau saya sih buka online shop kecil-kecilan yang jualannya santai, mengingat pekerjaan saya di kantor juga udah bikin capek dan waktunya juga from 8 to 5.
  10. Jual barang-barang yang sekiranya tidak kita butuhkan dan masih layak untuk dijual. Lumayah kan hasil penjualan bisa nambah tabungan dan barang yang kita tidak pakai bisa lebih bermanfaat untuk orang lain.
  11. Selalu ingat tujuan menabung. Saya biasanya simpen/pasang gambar/foto tempat yang pengen saya datangi. Biar keinget terus dan jadi semangat nabungnya.
  12. Banyak-banyak sedekah, sabar, dan bersyukur.
Belajar Menabung Untuk Traveling

Gitu deh cara menabung saya biar bisa jalan-jalan (termasuk ibadah ke tanah suci).
Memang berat untuk memulai, tapi percayalah, sekalinya kita bertekat kuat dan serius untuk memulai, pasti bakalan ketagihan dan insya Allah cita-cita traveling juga tercapai.

Baca juga: Etika Menggunakan Toilet Umum

Kalian punya cara menabung sendiri? Silakan share di kolom komentar ya, siapa tahu bermanfaat juga untuk teman yang lain yang pengen belajar menabung untuk traveling.

10 komentar

  1. Bener mbak, menabung itu mungkin banget dilakukan terutama kalau sudah punya uang sendiri dan jomblo kayak saya, hihi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak.
      kalau udah nggak jomblo pun masih mungkin banget kok dilakukan :)

      Delete
  2. Menabung itu perlu banget. Apalagi kebutuhan buat piknik sudah seperti kebutuhan primer untuk jiwa dan kewarasan. Biar tetep jalan-jalan dan tetep waras, emang butuh banget ya pos tabungan khusus jalan-jalan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mbak.
      selain biar tetep waras juga biar wawasannya nambah luas. sesuatu yang penting tapi banyak dilupakan orang. hehehe

      Delete
  3. Kak Dita ini bagus banget sharingnya, kebetulan banget kemarin ada lomba blog dari finansialku tentang cara mengatur keuangan harusnya kamu ikutan , karna ini temanya pas banget hehe, coba pantengin infolombablog di instagram siapa tau pengen ngelomba seekali hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaah, gak sanggup aku ikutan lomba, apalagi kalau rivalnya mbak Rizka. hahahahaha
      kalah melulu akutu.....

      Delete
  4. Wah keren nih tipsnya, kebetulan banyak kesamaan hehe. Semangat menabung untuk sebuah pengalaman baru Mbak!

    ReplyDelete
  5. Saya suka drama korea tp ga juga sering ngopi americano kwkwk mentok kopi sachet punya suami. Sudah beberapa saya lakuin sih, termasuk puasa belanja baju kwkwk tapi namanya pengeluaran darurat ada aja sih apalagi berbuntut. Sepertinya aku harus memperinci lebih dalam lagi soal finansial ini. Makasih sharingnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pengeluaran darurat juga harus dianggarkan, supaya nggak ngambil dari anggaran yang lain.
      semangat, mbak Anggi....

      Delete

Silakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,