Masjid Tua Wapaue, Saksi Penyebaran Islam di Maluku [Indonesia]

Masjid Tua Wapauwe

Pada suatu hari, saya ada dinas ke Ambon. Buat saya, jalan-jalan adalah yang utama, sampingannya adalah kerja. Yang penting kerjaan selesai ye kan?

Kerjaan jangan sampai mengganggu acara jalan-jalan.

Oke, bhaique.....

Beres kerja saya tanya-tanya ke pak sopir, kira-kira tempat mana yang bisa saya kunjungi selain pantai-pantai di Kota Ambon dan nonton belut morea purba.
Pak sopir yang orang Ambon asli, sangat ramah, kocak, dan baik hati kemudian menawarkan destinasi ke luar Kota Ambon. Nggak jauh sih, cuma geser dikit ke kiri, ke Kabupaten Maluku Tengah tepatnya ke Kecamatan Leihitu.

Ada apakah di Laihitu Maluku Tengah?

Ternyata ada masjid yang konon katanya adalah yang tertua di Indonesia Timur. Wah, penasaran dong saya....
Sebelumnya saya memang pernah baca sekilas tentang masjid tua ini dan nggak nyangka aja kalau saya bakalan punya kesempatan buat mengunjunginya langsung.
"Tapi jalan ke sana agak meliuk-liuk dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit sampai 2 jam dari Kota Ambon", kata pak sopir. 

Berangkaaaat, pak!


Baca juga: Escape ke White Sand Island

Jalanan menuju ke Leihitu udah aspal sih, tapi kecil. Cukup buat 2 mobil doang itu pun mepet. Kadang naik kadang turun, berkelok-kelok tapi nggak banyak. Sesekali mobil harus berhenti karena berpapasan dengan truk di tanjakan yang berkelok.

Ada satu titik bukit dimana kita bisa melihat pemandangan Kota Ambon. Hampir dekat tujuan pemandangannya makin kece, pinggir laut dengan air bening berwarna hijau tosca bergradasi sampai ke biru tua.
Masjid Tua Wapauwe
Pemandangan menuju Masjid Wapaue

Memasuki Desa Kaitetu saya mampir dulu di Fort Amsterdam. Kapan-kapan saya tulis ceritanya tentang benteng ini.

Nah, masjid tua hanya berjarak selemparan kolor bayi dari Fort Amsterdam. Masjidnya bernama Masjid Waupaue, dibangun tahun 1414 oleh kesultanan Islam Jailolo, kerajaan Islam pertama di Maluku.
Bentuknya kotak seperti masjid kuno di Pulau Jawa. Atapnya berbentuk limas mirip Masjid Agung Demak. Dan ternyata dari sejarah terungkap bahwa kerajaan Islam Maluku memang berafiliasi dengan Kerajaan Islam di Jawa saat itu.

Baca juga: Dua Kali Terjebak Tour de Singkarak


Masjid Tua Wapauwe
Masjid Waupue ini kecil aja sebenernya, lebih mirip musholla. Ukurannya cuma 10 m x 10 m dengan 4 buah tiang penyangga dari kayu ulin hitam. 
Dibangun hanya dengan pasak kayu tanpa paku, beratap nipah, berdinding pelepah sagu (dinding bagian bawah sudah direnovasi tahun 1859, dibuat ditembok dari campuran kapur, pasir, dan putih telur). Ada tambahan serambi juga di depannya.


Masjid Tua Wapaue
ornamen ukiran di setiap sudut atap masjid (atas) dan serambi masjid (bawah)

Baca juga: Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan

Masuk masjid saya langsung shalat Dhuhur baru kemudian foto-foto. Bapak penjaga masjid kemudian menghampiri saya. Beliau bercerita tentang sejarah masjid dan menunjukkan berbagai barang peninggalan masa lalu yang masih tersimpan dengan baik lengkap dengan cerita sejarah dibaliknya. Oh iya, pak penjaga juga menunjukkan ukiran  berlafaz Ø§َللهُ dan Ù…ُØ­َÙ…َّدٌ di kayu yang dikelilingi daun sagu yang ada di setiap sudut atap masjid. 


Masjid Tua Wapauwe



Ada timbangan zakat yang dipakai pada masa lalu, 2 mushaf Al-Qur'an tulisan tangan yang tersimpan di dalam peti, tongkat khotbah dari besi, bedug, juga mimbar dengan 2 bendera merah putih berbentuk segitiga. 
Pak penjaga ini detil sekali dalam mejelaskan sambil mengeluarkan satu persatu barang-barang yang tersimpan dalam lemari dan peti supaya saya bisa melihat dengan jelas.
Masjid Tua Wapaue

Menurut cerita, katanya Masjid Wapaue ini pernah 2 kali berpindah tempat. 
Berawal dari Perdana Jamilu dari Kesultanan Jailolo (sekarang berada di Halmahera Barat, Maluku Utara) yang datang menyebarkan agama Islam di 5 desa: Wawane, Tahela, Nukuhaly, Atetu, dan Assen. Perdana Jamilu membangun masjid di lereng Gunung Wawane pada tahun 1414 dan diberi nama Masjid Wawane.
Sampai tahun 1600an Belanda menjajah Indonesia termasuk di Wawane dan mengusik ketentraman masyarakat.

Pada Tahun 1614 Imam Rijalli bersama warga setempat memindahkan Masjid Wawane ke Tehela yang berjarak sekitar 6 km ke Timur Wawane.
Masjid diletakkan di bawah pohon mangga hutan yang dalam bahasa setempat, pohon = wapa, uwe = di bawah. Jadilah masjid ini diberi nama Masjid Wapauwe.
Udah enak-enak di Wapauwe, Belanda mengusir masyarakat Tehela ke Desa Kaitetu di pesisir pantai dan masjid Wapauwe pun terpaksa ditinggalkan.

Ajaibnya, pada suatu pagi hari Jum'at tahun 1664 Masjid Wapaue lengkap dengan isinya sudah berpindah tempat ke Desa Kaitetu (tempatnya yang sekarang). Masyarakat desa pun kaget karena tidak tahu siapa yang memindahkan masjid ini. 
Nggak usah heran yes, karena Masjid Wapaue saat itu hanya dibangun dengan kayu dan pasak, tanpa tembok seperti sekarang, jadi fleksibel untuk bisa digotong pindah-pindah tempat. 

Baca juga: 5 Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi di Kota Toboali

Seru sekali cerita tentang Masjid Wapaue ini. Setelah puas melihat seisi masjid, saya pun jalan-jalan sebentar di sekitar masjid. Melihat kegiaatan sehari-hari penduduk Desa Kaitetu. Yang menarik adalah banyak penduduk yang sedang menjemur cengkeh. Cengkehnya bagus-bagus. Utuh dan besar, nggak kayak cengkeh di Jawa yang kecil dan udah pada rompal. Ingatan saya pun melayang pada jaman penjajahan dulu, dimana penjajah masuk ke Indonesia karena ngiler dengan rempah-rempahnya dalam misi gold, glory, and gospel.

Matahari sudah mulai geser ke Barat, saatnya saya kembali ke Kota Ambon.





14 komentar

  1. MasyaAllah, hebat ya udah tua tapi masih berdiri. Btw itu mindahin nya gimana ya mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenernya kalau model knock down dari kayu gitu mindahinnya cukup diangkat rame-rame aja, mbak. dulu kan doi full dari kayu. tapi sekarang masjidnya udah separo ditembok, jadi nggak bisa dipindahin lagi.
      tapi ada cerita orang sana katanya waktu dulu pindahnya secara gaib.
      wallahualam

      Delete
    2. Benerrrr, dulu tuh mama saya sering cerita, kalau Maluku itu dijadikan semacam serambi Mekah gitu ya, terus tiap sholat JUmat banyak orang yang dari penjuru negeri ini sholat di sana yang mananya datang secara gaib.
      Bayangin saja, dulu mana ada pesawat?
      Tapi banyak orang2 di pulau Buton, yang alim2 itu pada sholat Jumat di sana.

      Entah benar atau enggak, wallahu alam

      Delete
    3. lumayan besar juga pengaruh Islam di Maluku ini ya, mbak.
      saya juga heran dengan ceriita-cerita orang jaman dulu, kok selalunya berhubungan dengan yang ghaib. apa karena pemikirannya yang masih sederhana atau gimana, wallahualam yes...

      Delete
  2. Kerjaan jangan sampai mengganggu jalan-jalan!
    Okeh baique!
    wakakakakak

    Kok saya jadi pengen balik ke 20 tahun lalu ya, biar jadi orang yang beranian dikit hahahaha.

    Saya mah sejak dulu penakut, apa-apa minta ditemanin, dari sekolah, kuliah, mau beli makan aja minta ditemanin, ckckckck.

    Pas kerja, atasan stres gara-garanya bolak balik saya diminta ke sana ke sini buat seminar atau semacamnya, saya nggak mau, kecuali ada temannya.

    Sungguhhhh ku oon.
    Sampai-sampai hidup saya ya sebatas sini-sini saja hahahaha

    Padahal, banyak hal yang bisa di explore ya kalau mau dikirim ke sana ke mari :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. takut digondol kunti apa gimana, mbak? hihihihi
      saya kalau seminar males, mbak. nggak betah duduk lama di dalem ruangan sambil dengerin orang ngomong. senengnya survei-survei aja, biar sekalian jalan-jalan. pengalamannya lebih banyak. hahahha

      Delete
  3. Klasik bgt ini masjidnya. Subhanallah masih kokoh berdiri. Sungguh pengalaman jalan- jalan yang menambah iman

    ReplyDelete
  4. Wahh seneng ya mbak kalau kerjanya ditugaskan ke luar kota, bisa diselipin jalan2, kerjaanku monoton, menatap layar komputer sepanjang hari heheheh eh maap malah curhat

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah, mbak, meski nggak sering-sering juga sih. kebanyakan ya cuma di kantor bersama layar komputer. hihihi
      tetep semangat ya, mbak!

      Delete
  5. Hebatnya ya pembangunan masjid maupun bangunan zaman dahulu tuh ada yang ga menggunakan paku, bahkan hanya material alami sederhana namum kuat sekali tahan lama gitu. Mungkin doanya juga super kencang ya Masya Allah. Udah lama banget Masjid Wapaue dibangun pada tahun 1414. Ga nyangka juga ya di Indonesia Timur ada masjid tertua yang unik seperti ini.

    ReplyDelete
  6. Mantap kaka info sejarahnya sangat bermanfaat :D

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,