Jalan-Jalan ke Candi Muara Takus [Indonesia]

candi muara takus di kampar riau

Nama Candi Muara Takus sudah tidak asing lagi bagi kuping saya, karena begitu termashur sejak jaman pelajaran sejarah SD. 
Pelajaran sejarah SD jaman sekarang masih ada nggak ya?


Disela-sela tugas di Kota Pekanbaru, kaki rasanya gatel banget kalo nggak piknik ke obyek wisata. Karena Kota Pekanbaru wisatanya minimalis banget, akhirnya kami memutuskan untuk ke luar kota Pekanbaru dengan pilihan piknik ke candi atau ke istana. Harus milih salah satu karena letaknya berlawanan arah.

Berhubung saya pergi bersama 2 ekor laki-laki yang nggak gitu doyan traveling, maka keputusan saya serahkan ke mereka ber2, supaya mereka menikmati pikniknya sesuai yang mereka pilih. 
Pergi dengan orang yang tidak suka traveling itu gampang-gampang susah. Kalau saya sih ke candi atau ke istana ayo aja, saya bisa menikmati keduanya. Tapi bagi orang yang nggak doyan traveling, kalo pilihannya nggak sesuai mood yang ada bakalan BT dan ngomel-ngomel sepanjang jalan.

Baca juga: Pasar Inpres Kebun Sayur

Setelah semalaman mikir mau kemana, akhirnya keputusan jatuh ke candi.
Yes, Candi Muara Takus, candi Budha peninggalan kerajaan Sriwijaya yang sejarahnya ada di buku pelajaran SD dulu. 

Jarak Muara Takus di Kabupaten Kampar dari Kota Pekanbaru sekitar 135 km arah ke Payakumbuh, hampir dekat perbatasan Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat, kira-kira 3 jam perjalanan. Jauh pol, jangan lupa sangu chiki buat ganjel perut.
Kami niatnya berangkat pagi, sekitar jam 8 atau jam 9 gitu, tapi yang ada berangkat jam 10-an karena seekor lelaki yang leletnya bujubuneng, kalo dandan lama banget ngalahin Syahrince kalo mau berangkat arisan. Padahal cuma piknik ke candi, nungguin dia dandan aja sampe ngenthos, padahal yo bentuke mung ngono kui wae.

Jalur yang kami lalui adalah jalan raya Pekanbaru-Bangkinang-Payakumbuh kemudian setelah melewati bendungan PLTA Koto Panjang, belok kanan pas ada gapura yang atasnya berbentuk stupa candi dengan penunjuk arah ke Candi Muara Takus. Jalanan menuju candi setelah masuk gapura ini kondisinya sebagian aspal rusak, karena jalan ini untuk laluan truk pengangkut kelapa sawit yang mungkin over weight. 

Sampe di candi udah siang banget, cuaca sumuk, panas ngentang-ngentang disertai bunyi gluduk pertanda akan turun hujan. 
Saya langsung wasweswos keliling buat motretin candi, sementara 2 lelaki lain wes mboh saya gak ngurus.

Baca juga: Escape ke White Sand Island

Dalam area candi terdapat 4 buah bangunan candi (Candi Mahligai, Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Palangka), satu gundukan tanah yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia, dan bangunan semacam pagar keliling candi. 
Di luar area candi ada juga bangunan candi kecil, taman bermain yang mainannya udah rusak, kios penjual chiki & popmi, kamar mandi yang nggak ada airnya, serta mushola yang tak terawat.

Sejarah lengkap Candi Muara Takus bisa dibaca di Wikipedia atau di literatur lain seperti di buku sejarah anak SD (kalo masih ada).
santai sambil menikmati candi
santai di pantai candi
Setelah puas keliling candi, kami pun balik ke Kota Pekanbaru, mampir dulu ngganjel perut yang udah kedombrengan di warmindo (warung makan indomie) pinggir jalan sambil menikmati pemandangan waduk PLTA Koto Panjang. 
Lagi enak-enak menikmati pemandangan sambil makan indomie, tiba-tiba mak breeessssss, hujan turun dengan lebatnya.

Baca juga: Melihat Bunga Rafflesia Arnoldii di Hutan Bengkulu
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Candi Muara Takus

Desa Muara Takus
Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar
Provinsi Riau


Tiket masuk Rp. 4.000,- per orang dewasa

Parkir mobil Rp. 5.000,-

Parkir sepeda motor Rp. 2000,-

Masuk area candi, kita diarahkan untuk mengisi buku tamu & dimintai sumbangan sukarela.


(kondisi 19 Mei 2016)

4 komentar

  1. Wah saya ke Candi Muara Takus itu terakhir kalinya tahun 2010. Tak terasa 7 tahun yang lalu. Kalau dari foto sih gak banyak berubah ya Mba. Hehe. Tapi di sana memang puanass banget. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh, dari tahun 2010 sampe sekarang ga banyak berubah?
      berarti mungkin kurang diberdayakan ya, sama dinas pariwisata.
      padahal itu aset pariwisata yang bisa "dijual".
      sayang banget ya,
      soalnya jalan menuju ke sana bener-bener jelek dan tempat wisatanya kurang terawat.

      Delete
  2. O iya, ini dulu jadi covernya buku pelajaran sejarah ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya...
      wah, jadi ketauan ya, umur kita berapa.... ahahahhaha

      Delete

Silakan tinggalkan komentar, tapi mohon maaf komentar saya moderasi karena banyaknya spam.
Mohon untuk tidak menyertakan link hidup, ya...
thanks,